JEMBER – Suasana duka menyelimuti keluarga besar Rumah Sakit Bina Sehat (RSBS) Kabupaten Jember, Jawa Timur, setelah delapan karyawannya meninggal dunia dalam kecelakaan bus pariwisata di jalur turunan Sukapura, Probolinggo, Minggu (14/09/2025). Rombongan yang berjumlah 55 orang itu baru saja pulang dari kegiatan tasyakuran kelulusan S1 di kawasan Gunung Bromo.
Direktur RSBS Jember, Faida, membenarkan insiden nahas yang terjadi sekitar pukul 11.45 WIB. “Mereka infonya turun dari Gunung Bromo setelah tasyakuran kelulusan S1,” ungkap mantan Bupati Jember itu. Bus yang ditumpangi para karyawan diduga mengalami rem blong saat melaju di jalan menurun. Kendaraan oleng, menabrak pagar rumah warga, hingga badan bus ringsek parah.
Dalam kecelakaan itu, tujuh korban dilaporkan meninggal di tempat, sementara satu lainnya mengembuskan napas terakhir di rumah sakit. Sebanyak 47 penumpang lainnya mengalami luka-luka, sebagian besar dalam kondisi kritis. Mereka segera dilarikan ke sejumlah fasilitas kesehatan di Probolinggo.
“23 orang dirawat di Rumah Sakit M Saleh, 5 orang di RS Arrosi, 8 orang di Puskesmas Sukapura, 5 orang di Puskesmas Wonomerto,” kata Faida.
Tragedi ini bukan hanya merenggut nyawa, tetapi juga meninggalkan luka mendalam bagi rekan kerja dan keluarga korban. Identitas sejumlah korban telah terkonfirmasi, di antaranya Hesty (ahli gizi), Arti (perawat hemodialisis), serta Hendra (customer service), yang meninggal bersama istri dan dua anaknya. Kehilangan ini membuat keluarga besar RS Bina Sehat berduka mendalam, sebab korban adalah bagian penting dari pelayanan kesehatan sehari-hari di Jember.
Faida bersama tim manajemen rumah sakit kini memimpin langsung proses evakuasi dan identifikasi. Sebanyak 18 ambulans dikerahkan untuk membawa korban meninggal maupun yang luka ke Jember.
“Kami pastikan seluruh korban segera mendapat perawatan terbaik, sementara jenazah akan dipulangkan ke keluarga masing-masing,” ujarnya.
Kecelakaan maut di jalur wisata Bromo ini kembali memunculkan perhatian pada faktor keselamatan transportasi pariwisata. Dugaan rem blong kerap menjadi penyebab kecelakaan serupa di jalur menurun dan berkelok di wilayah pegunungan. Hal ini memperkuat seruan agar dilakukan evaluasi ketat terhadap kelayakan armada bus, termasuk uji kelayakan teknis, kesiapan sopir, serta manajemen perjalanan wisata.
Bagi keluarga korban, perjalanan wisata yang semula penuh sukacita berubah menjadi duka mendalam. Tidak hanya meninggalkan rasa kehilangan, peristiwa ini juga menjadi pengingat betapa pentingnya aspek keselamatan dalam setiap perjalanan. Tragedi di Bromo ini menambah daftar panjang kecelakaan bus pariwisata yang menelan korban jiwa, sekaligus meninggalkan luka bagi komunitas RS Bina Sehat dan masyarakat Jember. []
Diyan Febriana Citra.
