RAMALLAH – Presiden Palestina Mahmoud Abbas menegaskan kesiapan Otoritas Palestina (PA) untuk kembali memegang kendali atas Jalur Gaza setelah konflik berkepanjangan berakhir. Dalam wawancara pada Selasa (02/09/2025), Abbas menyatakan bahwa pihaknya tidak hanya memiliki kemampuan administratif, tetapi juga kesiapan politik untuk memulihkan stabilitas wilayah yang porak-poranda akibat perang.
“Kami siap mengambil alih pemerintahan Gaza dan kami memiliki kapasitas untuk melakukannya,” ujar Abbas dengan tegas.
Menurutnya, Gaza kini menghadapi krisis kemanusiaan akut, termasuk ancaman kelaparan massal. Abbas menuding Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, sebagai pihak yang bertekad melanjutkan genosida rakyat Palestina. Ia menilai situasi tersebut mengharuskan adanya upaya diplomasi yang lebih agresif dari komunitas internasional.
Abbas juga membuka ruang kerja sama dalam pengelolaan Gaza. Ia menekankan bahwa Otoritas Palestina tidak menolak keterlibatan pihak Arab maupun internasional untuk memastikan transisi pascaperang berjalan aman. “Kami tidak keberatan dengan kemitraan Arab atau internasional dalam mengelola Gaza,” katanya.
Lebih lanjut, Abbas menegaskan bahwa Otoritas Palestina mengedepankan jalur damai dalam perjuangannya. “Kami tidak menginginkan perang melawan Israel. Hukum kami didasarkan pada perlawanan rakyat yang damai,” tutur Abbas. Meski begitu, ia mengakui bahwa berbagai perundingan yang pernah dilakukan dengan Hamas tidak pernah berujung pada kesepakatan konkret.
Abbas menyerukan agar Hamas mengakui Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) sebagai representasi resmi rakyat Palestina. “Hamas harus mengakui PLO dan komitmen hukumnya. Saya mengatakan kepada Hamas: kita adalah satu negara dan satu rakyat. Hamas harus berkomitmen pada satu negara dan satu sumber senjata,” tegasnya.
Selain itu, Abbas memberikan apresiasi terhadap Yordania dan Mesir yang tetap konsisten menolak segala bentuk pengungsian paksa warga Palestina dari Gaza maupun Tepi Barat. Baginya, langkah kedua negara itu penting dalam mencegah krisis kemanusiaan yang lebih luas.
Pernyataan Abbas mencerminkan strategi politik Otoritas Palestina yang berupaya mengonsolidasikan kembali kekuasaan di Gaza sekaligus memperkuat legitimasi di mata dunia internasional. Dengan membuka diri pada kemitraan Arab dan global, PA tampak berusaha membangun basis dukungan yang lebih luas untuk menghadapi tekanan Israel serta mengatasi perpecahan internal dengan Hamas.
Di tengah perang yang belum menunjukkan tanda mereda, sikap Abbas ini menjadi sinyal bahwa Otoritas Palestina ingin menegaskan dirinya sebagai otoritas sah sekaligus aktor kunci dalam menentukan masa depan Gaza. []
Diyan Febriana Citra.
